Mengapa Air Laut Asin? Baca Sampai Tuntas!

Seandainya semua garam yang ada di dalam laut ditebarkan secara merata di daratan, akan terbentuk lapisan setebal lebih dari 150 met.
Alasan air laut asin

Asal garam itu semua dari mana? Apalagi jika diingat bahwa tak terhitung banyaknya air tawar tercurah ke samudra melalui aliran air dan sungai?

Para ahli telah membuat penelitian terkait hal ini. Salah satunya ialah tanah di bawah kaki kita.

Sembari air hujan merembes ke tanah serta bebatuan, sejumlah kecil mineral, termasuk garam serta unsur kimia lainnya juga ikut larut dan hanyut ke dalam laut melalui aliran air dan sungai. Tentunya, kadar garam dalam air tawar sangat rendah, sehingga tak dapat dirasa.

Sumber lainnya ialah mineral pembentuk-garam yang ada di kerak bumi di dasar laut. Air menembus dasar lautan melalui retakan, menjadi sangat panas, dan kembali ke permukaan dengan membawa mineral yang telah larut di dalamnya.

Corong-corong hidrotermal beberapa membentuk geiser laut-dalam memuntahkan sup kimia itu ke laut.

Dalam proses kebalikannya yang memberikan hasil yang sama, gunung berapi di bawah laut mengeluarkan sejumlah besar batu-batuan panas ke lautan, kemudian batu-batuan ini mengeluarkan senyawa kimia ke air.

Sumber lain mineral adalah angin, yang mengangkut partikel-partikel dari darat ke laut. Semua proses ini membuat air laut suatu larutan yang mengandung hampir semua unsur yang dikenal.

Akan tetapi, komponen utama garam adalah natrium klorid garam dapur biasa. Komponen ini akan membentuk 85 persen garam yang terlarut, itulah sebab utama mengapa air laut rasanya asin.

Cara Agar Kadar Garam Tetap Stabil

Garam terkonsentrasi di laut karena air yang menguap dari lautan boleh dikatakan murni, sementara mineralnya tertinggal.

Pada saat yang bersamaan, lebih banyak mineral terus memasuki lautan; namun, kadar garam tetap stabil, yakni sekitar 3,5% dari air laut.

Jadi, tampaknya tingkat penambahan dan pengurangan garam serta mineral hampir sama. Timbullah pertanyaan, Ke mana perginya garam-garam itu? Kebanyakan komponen garam diserap ke dalam tubuh organisme hidup.

Misalnya, polip karang, moluska, dan juga krustasea menyerap kalsium, salah satu komponen garam, untuk membentuk cangkang dan rangkanya. Alga mikroskopis yang dinamakan diatom menghisap silika.

Bakteri dan organisme lainnya mengkonsumsi bahan-bahan organik yang telah larut. Sewaktu organisme ini mati atau dimakan, garam dan mineral dalam tubuhnya akhirnya mengendap ke dasar samudra sebagai zat mati atau kotoran.

Banyak unsur garam yang tak terlepas melalui proses biokimia terbuang dengan berbagai cara lain. Misalnya, tanah liat serta unsur-unsur lainnya dari tanah yang terbawa ke lautan melalui sungai, pengikisan tanah, dan debu vulkanis bisa mengikat garam-garam tertentu dan mengendapkannya ke dasar samudra.

Beberapa garam juga terikat pada batu-batuan. Jadi, melalui sejumlah proses, kebanyakan garam mengendap ke dasar samudra.

Banyak ilmuan percaya bahwa proses geofisika melengkapi siklus itu, meskipun terjadi dalam waktu yang tak terhitung lamanya. Kerak bumi terdiri dari lempeng-lempeng raksasa.

Beberapa di antaranya bertemu di zona subduksi, tempat sebuah lempeng melesak ke bawah lempeng tetangganya dan tenggelam ke dalam lapisan bumi yang panas.

Biasanya, lempeng yang lebih padat akan melesak ke bawah lempeng tetangganya yang lebih ringan, dan pada waktu yang bersamaan, membawa serta endapan-endapan garamnya ibarat ban berjalan raksasa.

Dengan cara ini, kerak bumi secara perlahan didaur ulang. Gempa bumi, gunung berapi, dan zona palung merupakan tiga wujud dari proses ini.* Stabilitas yang Menakjubkan Salinitas, atau kadar garam, di laut bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dan kadang-kadang dari satu musim ke musim lainnya.

Air yang paling asin di perairan yang tidak tertutup adalah di Teluk Persia dan Laut Merah, karena penguapan di sana sangat tinggi. Bagian-bagian lautan yang menampung air tawar dari sungai-sungai besar atau yang mendapat banyak curah hujan tidak seasin bagian lainnya.

Sama juga dengan air laut di dekat lokasi mencairnya es kutub, yang adalah air tawar yang membeku. Sebaliknya, sewaktu es terbentuk, air laut di sekitarnya menjadi lebih asin.

Namun demikian, secara keseluruhan salinitas laut sangat stabil. Air laut juga mempunyai pH, yakni ukuran kadar asam atau basa suatu larutan, yang relatif stabil; angka 7 menunjukkan bahwa larutan itu netral.

Nilai pH air laut berkisar dari 7,4 hingga 8,3, berarti sedikit bersifat basa. (Darah manusia mempunyai pH sekitar 7,4.) Bika pH keluar dari kisaran ini, lautan akan berada dalam keadaan bahaya.

Inilah yang ditakuti para ilmuwan ahli. Kebanyakan karbon dioksida yang dibuang ke atmosfer akhirnya jatuh ke lautan, lalu bereaksi dengan air dan membentuk asam karbonat.

Kegiatan manusia mungkin secara perlahan telah menambah keasaman laut. Banyak mekanisme yang mempertahankan air laut tetap stabil secara kimia belum sepenuhnya dipahami.

Subscribe to receive free email updates: