Sumber gambar: Aceh.antaranews.com
Semburat senja mulai membentang di langit, Bayangan suara bude trieng (meriam karbit) tampak terus mendekat ke telinga orang Aceh, perasaan gembira perlahan datang hingga tibanya hari yang fitri.
Ya, pada hari tersebut semua orang akan bersenang-senang dan banyak daerah yang menyambut momen itu dengan cara yang unik. Di Tanah Rencong misalnya, masyarakat setempat menyambutnya dengan membunyikan meriam yang terbuat dari bambu dan drum bekas pada malam hari lebaran, yaitu tepatnya di Grong-Grong, Pidie.
Namun, meriam di sini bukanlah barang asli yang seperti kita lihat di televisi, melainkan hanya bentuknya saja yang serupa. di Aceh tradisi membuat meriam
sudah ada sejak zaman dahulu kala, tetapi saat
konflik mendera provinsi Aceh, kegiatan itu di tiadakan untuk sementara.
Toet meriam bukan perkara wajib memang, tapi hal ini sudah
melekat kental dalam diri orang Aceh, khususnya masyarakat Pidie.
Kebiasaan itu juga disambut baik oleh semua kalangan, hal
ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya komplain yang datang dari berbagai pihak,
bahkan banyak yang senang dengan acara tahunan menyambut hari raya itu.
Sebelum kita melangkah jauh, ternyata adat toet bude trieng tidak hanya saja dipraktekkan oleh orang Aceh, di daerah lain ternyata juga
ada yang membunyikan meriam bambu.
Yaitu, Festival Meriam, Kalimantan Barat
Masyarakat Pontianak yang berdomisili di pesisir Sungai
Kapuas memiliki tradisi yang sedikit unik, seperti dilansir dari
dream.co.id, Minggu, 3 juli 2016. Ketika malam takbiran tiba, mereka juga akan berpesta dengan
menggelar Festival Meriam Karbit.
Meriam-meriam tersebut juga terbuat dari bambu yang dipotong
terlebih dahulu dengan ukuran yang telah ditetapkan, selanjutnya untuk
membunyikannya diisi dengan minyak tanah di ujungnya, kemudian disulut dengan
api dari sisi yang berlawanan.
Selanjutnya, bambu-bambu ini akan mengeluarkan dentuman suara
yang cukup keras. Tapi, walau pemerintahan sempat melarang tradisi itu pada
masa Orde Baru, kini masyarakat yang berkediaman di situ sudah
dapat menikmati pesta meriam karbit lagi.
Perbedaan Meriam Kallimatantan Barat dan Aceh
Tidak jauh beda antara senjata miliknya orang Aceh dan Kalimantan itu, hanya saja mereka menggunakan bambu dan minyak tanah.
Sedangkan meriam Aceh memakai karbit sebagai sumber tenaga untuk membunyikannya, yang notabene
mengeluarkan suara jauh lebih dahsyat dari punya Kalimantan, mungkin
mereka belum pernah ke Aceh untuk menyaksikannya langsung.
Seandainya saja meriamers kalimantan pergi ke Aceh saat malam pesta toet meriam
di Garot, mungkin orang itu juga akan membawa pulang oleh-oleh, yakni ide membuat
meriam dengan suara yang super. Ya, sangat besar lengkingan suara yang dihasilkan bila memakai karbit,
menurut amatan Habaportal.com, suara gemuruh itu bisa menembus puluhan
kilometer.
Oleh: Nazarullah, Alumnus Sekolah Hamzah Fansuri
|