Meugang, Ujian Berat bagi Para Menantu Muda di Aceh

meugang di aceh
Gambar: phinemo.com
Habaportal.com- Meugang merupakan salah satu tradisi yang sudah menjadi darah daging dalam diri orang Aceh, bahkan untuk memeriahkan hari tersebut, orang Aceh rela berutang uang guna mendapatkan daging di pasar. Seandainya itu tidak dilakukan maka rasa tidak enak dan sayang anak pun muncul.

Disaat semua anak-anak tetangga merasakan gurihnya rasa daging justru bagi yang tidak merayakan meugang harus menghirup semerbak aroma harum masakan tetangga yang diterbangkan angin.

[Baca juga: Kenapa Orang Pidie Selalu Sukses dalam Bisnis Dagang? Ternyata Ini Alasannya]

Aceh merupakan daerah yang kental dengan adat dan budaya, jadi acara seperti megang itu tidak akan bisa dihapuskan, bahkan ada sebahagian kalangan yang menganggap hal ini sebagai kewajiban.

Hal itu lumrah-lumrah saja, sebab prinsip orang Aceh tidak akan meninggalkan apa yang diwariskan oleh nenek moyang mereka terdahulu, dengan syarat tidak menentang agama.

Di balik semua itu, ada satu hal yang patut kita simak, pada saat menjelang datangnya hari meugang, bagi seorang menantu muda, mereka harus memutarkan kepala tujuh kali lipat, bagaimana tidak? Bagi setiap menantu muda diwajibkan membawa pulang daging ke rumah mertuanya.

Wajib yang kita maksud di sini lebih kepada gengsi atau harga diri, ada juga sebahagian menantu muda di Aceh dari jauh hari telah mempersiapkan bekal yang cukup untuk hari meugang sekaligus untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.  

Itulah yang membuat mereka para menantu muda sangat merasa terbebani, seandainya satu atau dua kilo itu bukan menjadi persoalan, namun daging yang harus dibawa pulang adalah 3-4 kilo, tentu itu akan sangat menguras kantong. Terlebih jika pemasukannya pas-pasan.

[Baca: Masih Ingin Menikahi Gadis Aceh? Pikir-Pikir Dulu]

Seandainya harga daging sapi hanya Rp50,000,00 saja per kilo sudah barang pasti tidak begitu menyesakkan dompet, tapi realitanya harga daging sapi sekarang semakin melambung tinggi, sungguh terasa berat untuk dipikul.

Bayangkan saja, harga satu kilo bisa menyentuh angka Rp120,000,00 sampai 150,000,00, coba kalikan jika harus membawa pulang empat kilo, belum lagi perlengkapan seperti bumbu untuk memasaknya, cukup membuat dompet jadi kurus.

Kendati demikian, ada satu hikmah besar yang dapat dipetik dari semua pengorbanan tersebut, yaitu pada saat hari meugang tiba seluruh anggota keluarga akan pulang ke rumah masing-masing, hal itu akan membuat tali silaturrahmi semakin erat antar individu dalam keluarga. Momen itulah yang membuat hari meugang serasa sangat dinanti-nantikan.

Sejenak kita memutar ke belakang, Mulai dari era Kerajaan Aceh Darussalam, perayaan hari meugang sudah dilaksanakan dan menjadi hari yang berharga bagi para dermawan serta para petinggi istana untuk mengulurkan bantuan daging Meugang ini kepada masyarakat.

Hingga hari ini masih juga dilakukan oleh para dermawan di Aceh. Akan tetapi jumlahnya sudah tidak sama seperti dahulu lagi, mungkin ini faktor kemajuan zaman. Ya tingkat rasa dermawan sudah mulai memudar karena digerus zaman.

Oleh: Teuku mukhlis, Alumnus Sekolah Hamzah Fansuri

Subscribe to receive free email updates: